Minggu, 16 Mei 2010

Curhatan Kucing dan Ayam


Masih pagi-pagi buta ketika itu senin 10 mei, terlihat jelas titik-titik embun yang tertempel rapi di atas daun pohon mangga yang tak kunjung berbuah itu meski sudah tertanam semenjak 15 tahun yang lalu, seorang anak berparas mungil nan ayu menyapu halaman rumahnya sebagai sebuah rutinitas harian sebelum berangkat ke sekolah. Siti,seorang anak perempuan berusia 16 tahun berparas cantik dan teduh wajahnya acap kali orang melihat sosok anak yang sebenarnya tomboy ini. Waktu itu, Siti membersihkan sampah dedaunan yang jatuh di halaman rumahnya sebelum berangkat ke sekolah. Pagi itu masih sangat sejuk, jarum jam masih menunjukkan pukul 05.30 meski mentari sudah mulai menyapa dengan kehangatan yang seakan memberikan suntikan positif untuk memulai Senin yang padat akan rutinitas mingguan.
Dikala Siti meraih satu persatu daun yang berserakan dengan sapu lidinya, ternyata ada seekor ayam yang belum terlalu tua tapi sudah tidak muda lagi bertengger diatas balai-balai yang tertata rapi dibawah pohon mangga. Si ayam nampaknya sangat lesuh, bulunya basah, kulitnya mengkeriput. Miris melihat kondisi si ayam, Siti pun mencoba menghampirinya, mendekat perlahan, menyentuh si ayam dan mengangkat diatas tangan mungilnya, kemudian Siti mulai mengusap badan si ayam itu dengan penuh kelembutan. Tak ada yang tahu, kalau Siti meski berwajah jelita sebenarnya seorang anak tomboy, acuh, dan terkesan tidak peduli sekitar, bisa juga luluh hatinya melihat kondisi sang ayam. “Kenapa kamu,yam?” begitu kalimat yang terlontar saat Siti mengusap punggung sang ayam. Sambil terus mengusap dan bercerita dengan si ayam,meski tidak jelas apa yang sebenarnya Siti bicarakan disaat yang bersamaan kembali Siti dikagetkan dengan seekor kucing yang tiba-tiba menghampiri kakinya,dengan manja si kucing terus menyentuh kaki Siti yang dengan sengaja menyentuhkan bulu-bulunya ke kulit anak perempuan itu. ”Geli” itu yang dirasakan Siti ketika si Kucing bermanja ria di kakinya. Entah apa yang diraskaan kucing itu ketika dia bermanja hati ke Siti,si Tomboy. Kesepian mungkin,belum makan,kedinginan atau apa entahlah itu.Siti kemudian berjongkok, mengelus kucing itu dengan penuh kelembutan,sangat lembut.Si kucing nampak kesepian,kucing itu masih sangat kecil,yah anak kucing begitu. Tubuh mungilnya seakan memperlihatkan betapa beban berat yang dipikulnya hidup di diunia sendiri,begitupun dengan sang ayam.Sepi,sendiri,sebatang kara,tanpa apa-apa hanya bermodalkan desahan nafas yang masih diberikan oleh Sang Maha Kuasa kepada mahluk ciptaannya ini.
Yah,mungkin kita masih lebih beruntung dengan Si Kucing dan Ayam tersebut.Setidaknya kita masih diberi akal,masih diberi pikiran untuk berfikir,apa yang hendak kita lakukan ketika kita hidup sebatang kara di dunia ini. Namun,tanpa kita sadari,terkadang kita tidak menggunakan akal yang sungguh amat berharga dan mulia yang dititipkan Allah kepada kita,MANUSIA. Seakan acuh tak acuh,tidak peduli dengan keadaan disekitar kita,bermasa bodoh menerima kenyataan yang ada.Pahit terasa cobaan yang diberikan,namun kita tak pernah berusaha mengubahnya menjadi sebuah bingkisan manis yang sebenarnya ada beberapa kejutan dan riak-riak kecil kegembiraan jikalau kita mampu menarik hikmah dari setiap apa yang dicobakan kepada kita. Yah,itulah hidup,dan itulah kita Manusia ketika dihadapkan dengan yang namanya Masalah. Mungkin,teman-teman bertanya apa sebenarnya kaitan antara masalah kehidupan dengan si Ayam dan Kucing diatas. Coba teman-teman fikir, Kucing yang hidup sebatang kara,sendiri,yang sehari-harinya terkenal suka mencuri ikan di dapur,itulah gambaran kecil yang timbul di benak kita ketika melihat seekor kucing liar tanpa majikan. Namun,kita lihat kisah tersebut,ketika si kucing tanpa daya,dia juga membutuhkan belas asih dari Siti,butuh sapuan lembut dan kehangatan kasih sayang dari Siti yang juga sebenarnya adalah seorang cewek tomboy yang acuh dan tak peduli sekelilingnya. Nah, bagaimana dengan si Ayam,seekor hewan yang setiap hari berkokok,bangun paling pagi untuk membangunkan setiap mahluk yang bernyawa di bumi ini guna menyambut pagi yang cerah,akan tetapi di balik kekuatannya bangun paling pagi setiap harinya,ketika si Ayam jatuh ke selokan,bermandikan dengan air got yang bau,dia juga membutuhkan pertolongan dari manusia guna mendapatkan secuil perhatian dan hangatnya kasih sayang. Analogi yang sungguh amat sederhana dari kisah tersebut jika dikaitkan dengan kehidupan yang mau tidak mau harus kita lalui setiap harinya agar bisa SURVIVE di dunia dan tidak punah oleh seleksi sang alam.
Satu hal, yang bisa saya dan teman-teman dapat dari kisah tersebut bahwasanya sekuat,seangkuh,secuek,setegar,atau se- apapun itu, akan ada saatnya kita jatuh tak berdaya dan mengharapakan uluran tangan dari sesama,guna secuil perhatian yang mampu mengahangatkan tubuh dan jiwa yang dingin hampir beku ini. Mahluk sosial, mungkin benar fitrah penciptaan manusia itu akan tetapi itu tidak hanya berlaku untuk manusia saja tapi untuk semua mahluk yang bernyawa ciptaan Allah SWT di muka bumi ini. Saya,Kamu,Anda,Kalian, Mereka,Dia, pasti saling membutuhkan,pasti saling mencari, untuk secercah harapan bersama serta berangkulan saling menopang untuk menjalani hidup kita ini. Semoga kita tetap diberikan rasa “PEKA” terhadap sesama kawan,bantulah mereka selagi kita masih bisa memberikan “KEHANGATAN” kasih sayang yang ditipkan Sang Pencipta kepada kita untuk kita bagi terhadap sesama di bumi ini.
Salam berbagi, Salam hangat, Salam Kasih Sayang.

Rise N Shine
Lmy......^^

2 komentar:

  1. Kayaknya paling suka bc yg ini deh... :D

    BalasHapus
  2. aduhh Ya Allah,ini tulisan sudah lama sekali. Masih ada yang buka,dan ternyata teman lama yang juga sudah lama tak bersua...hihihi...
    Blogmu juga bagus,gus! keep writing! anak UI pasti lebih jago lahh.... :D

    Rise and Shine :)

    BalasHapus